Di sinilah aku berada di antara hiru pikuk keluarga yang tak pernah mendukungku keluar sebagai produk yang handal dalam bidang non akademik. Yah...Lebih sering suara cacian yang menerobos gendang telinga ini. mungkin juga salahku yang selalu tidur larut malam, bukan karena berkutat pada buku pelajaran, melainkan menghilangkan penat dengan cara menulis. Awalnya mereka (keluargaku) tidak mengetahui kebiasaanku ini. Hingga pada akhirnya aku lupa mengunci pintu kamarku yang biasanya rapat dan tertutup untuk siapapun. Mungkin hari sialku, yah seorang yang mereka sebut "Ibu" itu datang menjeput kedamaian. Lafal amarahnya pun masih terngiang di telinga ini. Terjadilah adu mulut antar manusia serumpun ini. yahh..perang mulut antara anak dan ibu yang berujung pada sedikit benturan fisik. Aku yang terperangkap dalam raga anak ini pun tak bisa berbuat suatu apapun. "aaa..iiitttuuu taadii..."sedikit terbata sang anak menjawat gusarnya amarah sang ibu (maaf saking kasarnya dialog sang ibu, kami harus menyensornya takutnya saya nanti di cekal LSI. hehehe). Tak lupa Ibu juga mengambil buku. yang kebetulan adalah buku yang sering digunakan penaku menuliskan bait rasaku. Merobeknya tanpa ampun , apakah tak kau dengar ibu anakmu ini mulai merengek seperti era umur 5 tahunan. Mencoba menyetorkan kata maaf pun takkan mengambalikan wajah full black buku itu. Disinilah sang ibu mulai terlihat puas, tiada peduli meninggalkan anaknya berkeringat air mata. Menghabiskan waktu mengenang dan mengingat maksut dan arti setiap bait yang tertera dalam parzel kertas yang kurangkai satu persatu agar mudah ku baca. Malam itu pun aku tertidur bersama mereka yang bertaburan mengotori sudut kamarku itu.
Puisi Valentine From Bagus To Neva
Kata orang-orang sekarang hari Senin, 14 Februari 2011. Hari dimana aku harus bersandar dibawah tabir surya dan harus melihat si merah dan si putih yang dikerek hingga tinggi ke angkasa, yang sering disebut upacara bendera.
Bel sekolah mengumandangkan bahwa saat ini adalah jamnya olahraga. Seperti biasa kaum adam ganti didalam kelas, sedangkan kaum hawa ganti di ruang ganti / kamar mandi. Ketika kaum hawa sudah selesai dengan urusan ganti bajunya dan hendak membuka pitu kelas. "Aaaaaa..." jerit histeris saat mata bola mereka melihat para adam yang hanya berbalut onderdil bawah yang disebut celana dalam. itulah yang sering terjadi di kelas kami.
Disaat aku sedang memanjakan perutku. Namun, tanpa diduga species hawa datang menjemput kedamaian. Datang dengan beribu-ribu canda dan seutas senyum. Yang terkadang membuatku tertawa di atas candanya. Ia lah Charneva Umi Rahmawati gadis yang sudah menemaniku 2,5 tahun. Bel pertanda berakhirnya jam istirahat berdengang ditelinga kedua species yang sedang meradu canda dan tawa.
Bel sekolah mengumandangkan saat-saat yang indah yaitu pertanda pulang. Yang tadinya loyo bisa bersemangat kembali usai mendengarnya. Namun aku masih berdiam diri, mengumpulkan beberapa keberanian untuk menyerahkan tulisan-tulisan bodoh yang kutulis kemarin pada Neva. Konsentrasiku pun buyar ketika mengetahui Neva sudah ada disampingku. Keringat dinginpun mulai berkucuran tajam di sekujur tubuhku. Ketika semua keberanian sudah memuncah di ubun-ubun. "ssst....dibaca dirumah aja ya..." bisikku padanya usai menyerahkan kertas yang ku pegang........
Saat Ku Katakan Cinta.
Sesaat aku menatap kedua bola matamu, kau pun tersipu malu padaku. Indahnya tak mudah di
lupakan terasa bergetar hati ini, tatapan mata yang begitu indah membuatku makin tak
kuasa untuk segera tau namamu dan berkenalan denganmu. Pria mana yang tak suka di kala kau tersenyum .Engkau pun baik dan lucu
mana ada pria yang tahan tak melihat eloknya pesonamu. mata indah bola
pingpong, masihkah kau kosong, bolehkah ak membelai pipimu yang aduhai.
Jangan
pernah marah jika kau ku goda, sebab kau amatlah pantas untuk ku
goda. Salah sendiri kau manis punya wajah
teramat cantik pula. wajar saja kalau ku sering mengganngu mu, salah sendiri
tingkah mu lucu dan lugu. lepaskanlah saja tawamu nona agar dunia tak
murung melihatnya. Mungkin aku telah jatuh cinta padamu meski
baru saja ku mengenal dirimu . Saat ku nyatakan bahwa "aku cinta
padamu" dan kau pun mentapku ragu, lihat aku. Ku tak bimbang ku tak ragu pada rasaku ini. Malam masih biru terus beranajak ingin pergi, namun senyummu hangatkan kita, ntah apa jawaban yang keluar dari bibirmu yang manis itu, ku tak tau. Aku pun masih terdiam tanpa sebesit satu kata pun, menunggu jawaban yang
akan keluar dari bibir manismu bahwa kau pun juga suka padaku.....

