Postingan ini mau ngelanjutin balada ngungsi jilit satu. Ya ini cerita tentang pengalaman saya menjadi anak kost dadakan yang sarat akan pergaulan bebas tapi menolak untuk menjadi gaul karena enggan untuk di gauli. Jadi gini ceritanya...... #jengjeng
Entah udah hari keberapa jadi anak kost dadakan yang masih aja ngarepin sedot idung datang ke kost. Waktu itu udah malem dan masih aja ada ujan dengan petir yang cetar membahana tapi nggak badai. Saya lagi ngerjain tugas dan tentunya dengan perbekalan tissu yang always selalu siap untuk dinodai. Dan bencana itu pun muncul, pas lagi niat-niatnya ngerjain tugas dan lampu pun mati. Jeritan malampun mulai terdengar. Tak berapa lama pintu kost ada yang ngetok-ngetok dan tentunya masih dengan orang yang biasa ngetok-ngetok yang udah saya ceritain di Balada Ngungsi jilit 1. Kali ini dia bawa lilin (Saya BUKAN babi ngepet inget itu BUKAN babi ngepet), dengan alasan yang saya masukin di kurung buka dan ditutup dengan kurung tutup tersebut saya menolaknya. Sebenernya karena saya udah punya lampu yang bisa di charge yang nggak tau itu apa nama gaulnya. Buka Pintu - bilang makasih - tutup pintu - berdoa semoga makluk dari luar angkasa sono ini nggak akan pernah balik lagi - AMIN. Seperti biasa DOA saya terlalu takut dengan hujan dan nggak berani berangkat, sehingga makluk dari luar angkasa sono ini masih aja ngetok pintu dan nggak pake kepala (Karena cuma orang yang bukan orang yang ngetok pintu pake kepala, karena sesungguhnya cuma orang yang beneran orang yang ngetok pintu itu pake tangan). Masih dihari yang sama, jam dua belas kurang dikit. Ujan pun mulai reda, nggak ada lagi petir yang cetar membahana. Disinilah saya mulai kelayapan cari mangsa alias mangkal #ehh... Yang jelas saya keluar rumah beli tissu yang udah ludes, kost udah sepi, tapi nggak jadi sepi karena ada yang manggil nama saya. Tentunya masih orang yang sama, kenapa dia masih hidup jam segini?? apakah dia baru aja minum kopi atau dia makan bungkus kopi??? Pura2 nggak tahu - kabur - berdoa semoga makluk pemakan bungkus kopi ini nggak manggil2 lagi - AMIN.
Setelah selesai dengan urusan belanja, saya pulang. Tentunya dengan cara mengendap-ngendap ala maling kancut. Apesnya kancut tak dapat, si makluk pemakan bungkus kopi itu masih aja hidup. Kali ini dia bawa makanan kecil, tapi kenapa dia selalu bawa sesuatu saat datang ke kost saya?? sebenarnya saya bukan penghuni kamar 02 yang harus di beri sesembahan. please deeeehhhh... Aksi reaksipun selalu sama saya " Buka Pintu - bilang makasih - tutup pintu - berdoa semoga makluk dari
luar angkasa sono ini nggak akan pernah balik lagi - AMIN", Dia "Ngetok pintu - ngasih sesembahan - bilang sama2 - ndenger suara pintu ketutup".
Keesokan harinya.... Hari ini saya memutuskan untuk nggak hanya bilang makasih di setiap harinya. Setelah bertapa didalam kamar selama beberapa menit dengan tambahan beberapa detik tentunya dengan tissu yang siap sedia menjadi korban. Tak berapa lama pintu pun di ketuk, tentunya dengan sesembahan. Untuk pertama kalinya saya menolah sesembahannya meski usus-usus udah jebol minta di isi. Dan ini lah pertama kalinya kita mulai berbica agak sedikit lebih lama dari sebelumnya kita mulai bertemu. Saya memintanya (bukan berarti saya peminta-minta alias pengemis) untuk sekedar menjauh sedikit lebih jauh dari sebelumnya kita pernah bertemu dan memberikan sesembahan. Seketika muka makluk pemakan bungkus kopi ini menjadi lebih jelek dari sebelumnya dia datang dan menawarkan sesembahan dengan penuh harap untuk diterima. Dan blablablablabla............................... akhirnya dia mengerti dan mungkin saya bilang MUNGKIN ini semua sudah berakhir. Nggak akan ada kopi panas, teh anget, Mie ayam, keripik singkong, dan tentunya udah nggak ada lagi ketukan pintu dengan nada seperti biasa.
#udah nggak ada sambungannya lagi...............
Balada Ngungsi #2
Original by
Unknown
Senin, 14 Januari 2013
Label: My Journey

0 komentar:
Posting Komentar