Siapa Saya???
Keluarga Bahagia
Label: My Journey
Fall On The Same Heart
Kita
Kita adalah kedua orang yang sedang terjebak dalam bayangan masing-masing
Tanpa rasa, cukup hanya dengan mengandalkan ego semata
Bahkan tak pernah lunas dari perasaan kita masing-masing
Perihal sebuah rindu yang lebih sering tidak kita anggap
Kita adalah kedua orang yang sedang belajar bicara dengan bahasa masing-masing
Tanpa suara, cukup hanya dengan cara memandang seperti biasa
Bahkan tak pernah lunas dari bibir kita masing-masing
Perihal sebuah rasa yang lebih sering tidak kita akui
Kita adalah kedua orang yang saling mengucilkan perihal rasa masing-masing
Hanya pandangan yang berbicara dengan bahasa kesedihan
Akhirnya aku mengerti......
Kita telah membicarakan perihal perasaan
Label: Poem Pam Poem (PPP)
Balada Ngungsi #2
Postingan ini mau ngelanjutin balada ngungsi jilit satu. Ya ini cerita tentang pengalaman saya menjadi anak kost dadakan yang sarat akan pergaulan bebas tapi menolak untuk menjadi gaul karena enggan untuk di gauli. Jadi gini ceritanya...... #jengjeng
Entah udah hari keberapa jadi anak kost dadakan yang masih aja ngarepin sedot idung datang ke kost. Waktu itu udah malem dan masih aja ada ujan dengan petir yang cetar membahana tapi nggak badai. Saya lagi ngerjain tugas dan tentunya dengan perbekalan tissu yang always selalu siap untuk dinodai. Dan bencana itu pun muncul, pas lagi niat-niatnya ngerjain tugas dan lampu pun mati. Jeritan malampun mulai terdengar. Tak berapa lama pintu kost ada yang ngetok-ngetok dan tentunya masih dengan orang yang biasa ngetok-ngetok yang udah saya ceritain di Balada Ngungsi jilit 1. Kali ini dia bawa lilin (Saya BUKAN babi ngepet inget itu BUKAN babi ngepet), dengan alasan yang saya masukin di kurung buka dan ditutup dengan kurung tutup tersebut saya menolaknya. Sebenernya karena saya udah punya lampu yang bisa di charge yang nggak tau itu apa nama gaulnya. Buka Pintu - bilang makasih - tutup pintu - berdoa semoga makluk dari luar angkasa sono ini nggak akan pernah balik lagi - AMIN. Seperti biasa DOA saya terlalu takut dengan hujan dan nggak berani berangkat, sehingga makluk dari luar angkasa sono ini masih aja ngetok pintu dan nggak pake kepala (Karena cuma orang yang bukan orang yang ngetok pintu pake kepala, karena sesungguhnya cuma orang yang beneran orang yang ngetok pintu itu pake tangan). Masih dihari yang sama, jam dua belas kurang dikit. Ujan pun mulai reda, nggak ada lagi petir yang cetar membahana. Disinilah saya mulai kelayapan cari mangsa alias mangkal #ehh... Yang jelas saya keluar rumah beli tissu yang udah ludes, kost udah sepi, tapi nggak jadi sepi karena ada yang manggil nama saya. Tentunya masih orang yang sama, kenapa dia masih hidup jam segini?? apakah dia baru aja minum kopi atau dia makan bungkus kopi??? Pura2 nggak tahu - kabur - berdoa semoga makluk pemakan bungkus kopi ini nggak manggil2 lagi - AMIN.
Setelah selesai dengan urusan belanja, saya pulang. Tentunya dengan cara mengendap-ngendap ala maling kancut. Apesnya kancut tak dapat, si makluk pemakan bungkus kopi itu masih aja hidup. Kali ini dia bawa makanan kecil, tapi kenapa dia selalu bawa sesuatu saat datang ke kost saya?? sebenarnya saya bukan penghuni kamar 02 yang harus di beri sesembahan. please deeeehhhh... Aksi reaksipun selalu sama saya " Buka Pintu - bilang makasih - tutup pintu - berdoa semoga makluk dari
luar angkasa sono ini nggak akan pernah balik lagi - AMIN", Dia "Ngetok pintu - ngasih sesembahan - bilang sama2 - ndenger suara pintu ketutup".
Keesokan harinya.... Hari ini saya memutuskan untuk nggak hanya bilang makasih di setiap harinya. Setelah bertapa didalam kamar selama beberapa menit dengan tambahan beberapa detik tentunya dengan tissu yang siap sedia menjadi korban. Tak berapa lama pintu pun di ketuk, tentunya dengan sesembahan. Untuk pertama kalinya saya menolah sesembahannya meski usus-usus udah jebol minta di isi. Dan ini lah pertama kalinya kita mulai berbica agak sedikit lebih lama dari sebelumnya kita mulai bertemu. Saya memintanya (bukan berarti saya peminta-minta alias pengemis) untuk sekedar menjauh sedikit lebih jauh dari sebelumnya kita pernah bertemu dan memberikan sesembahan. Seketika muka makluk pemakan bungkus kopi ini menjadi lebih jelek dari sebelumnya dia datang dan menawarkan sesembahan dengan penuh harap untuk diterima. Dan blablablablabla............................... akhirnya dia mengerti dan mungkin saya bilang MUNGKIN ini semua sudah berakhir. Nggak akan ada kopi panas, teh anget, Mie ayam, keripik singkong, dan tentunya udah nggak ada lagi ketukan pintu dengan nada seperti biasa.
#udah nggak ada sambungannya lagi...............
Label: My Journey
Balada Ngungsi #1
Sebernya agak ragu juga sih mau ngeluarin Postingan ini. Dari pada ini blog jadi nganggur dan akhirnya memutuskan untuk bunuh diri, dengan amat sangat terpaksa postingan ini pun keluar. Keluar dengan kucuran keringat usai ngeden luar biasa, dan akhirnya jadilah Postingan ini keluar dari liang lahat dan terjun bebas mengambang di kloset #ehh. Yaudah deh itu aja basa-basinya.
Jadi gini awal bulan Januari ini, tepat disamping rumah saya alias tetangga sebelah bin Pak RT buat acara kawinan maksutnya nikahan (Ini yang nikah anaknya Pak RT, BUKAN PAK RT ingat itu BUKAN PAK RT). Persiapan pun sudah dilakukan pada H - 5. Dari mulai masang ini dan itu belum lagi nyiapin itu dan ininya. H-3, si Pak RT ini mengadakan acara Dangdutan #Please deeeehhhh. Dari pada saya nggak bisa tidur karena harus atau lebih tepatnya kepaksa ndenger suara mendesah yang WOW banget itu, saya memutuskan untuk mencari tempat persembunyian(Tempat persembunyian saya hanyalah sebuah bilik tapi nggak mesra yang dimiliki oleh eyang saya yang biasa disebut dengan kost tapi ini gretongan alias gratis). Dan akhirnya dengan sangat berat hati(ini tasnya yang berat, sueerrrr) saya meninggalkan rumah.
Waktu itu sampe tempat persembunyian sudah larut malem pake banget plus ujan lagi yang lagi-lagi disertai petir yang cetar membahana tapi nggak badai, jadilah saya spesies manusia yang menggigil dengan efek basah 100% (jadi nggak ketauan kalau tadi ngompol karena takut sama petir). Apesnya lagi baru sekali kesini dan bencanapun mulai muncul. Mulai dari idung saya yang bocor sampe mengularkan ingus dengat debit yang tak terkira sehingga sangat membutuhkan profesi sedot idung (kenapa ada Sedat WC, tapi nggak ada Sedot Idung???? FENOMENA). Sampai masalah klasik ngusir semut yang lalu lantang di TV alias ngobok2 antena TV yang tingginya nggak lebih tinggi dari Monas tapi itu udah tinggi banget.
Hari pertama menjadi anak kost dadakan yang masih polos dan rentan akan pergaulan bebas tapi menolak untuk di gauli. Pagi yang mendung tapi nekat untuk menjemur kostum yang basah kemarin termasuk celana dalem. Dan nggak cuma saya yang melakoni ritual jemur menjemur tapi ada juga si tetangga kost yang ikutan nimbrung, malah ada yang njemur Bra #Please deeeehhhh. Dan di kost ini pula saya bertemu Mas Fajar sosok pria kece nan ganteng dengan pekerjaan yang mapan idola para lelaki #lhoh. Dan dari acara jemur menjemur ini lah saya menjadi dekat dengan yang namanya Mas Fajar ini, mulai dari cari makanan bareng sampai dengan nonton TV bareng dan tentunya di kursi yang sama dan tak lupa saling berpegangan tangan. (Tapi beneran saya NGGAK HOMO, inget itu NGGAK HOMO).
Hari berikutnya sebagai anak kost dadakan yang miris dengan persediaan celana dalam yang semakin menipis, waktu itu Sore dan lagi2 masih aja ada ujan yang dengan petir yang cetar membahana tapi nggak badai. Saya sedang duduk2 manis meratapi nasib digigit nyamuk yang always ngggaaaaannggg dan ngggiiiiiiinnggggg sambil ngelap ingus dan tentunya ngabisin tissu (bukan berarti saya makan tissu). Disanalah saya bertemu dengan seorang cewek yang memandangi saya dengan cara yang nggak biasa, dan mulailah ada teror2 mencekam. Please deehhh.... Cuma makhluk dari luar angkasa sono yang ngetok2 pintu cuman pengaen minta dianterin ke Indomart jam 11 malem kelewat banyak. Buka pintu - bilang kalau lagi atit alias sakit - tutup pintu - kunci pintu - balik tidur - berdoa semoga makluk dari luar angkasa sono ini nggak akan pernah balik lagi - AMIN. Nggak beberapa lama kemudian pintu kamar di ketok2 lagi, dengan pengetok pintu yang sama (Doa belum nyampe ke Tuhan, mungkin doa saya masih nunggu ujan reda baru berangkat.) Kali ini dia bawa minuman teh anget yang sangat sayang kalo ditolak. Ambil tehnya - bilang makasih - tutup pintu - kunci pintu - balik tidur - berdoa semoga makluk dari luar angkasa sono ini nggak akan pernah balik lagi - AMIN.
#Bersambung................
Label: My Journey

